PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DI KELAS IV SD

Authors

  • Nanik Widyaningsih SDN 114/VI Bangko
  • Estuhono Estuhono Universitas Dharmas Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.56667/dejournal.v2i1.267

Keywords:

Learning Outcomes, Numbered Head Together (NHT), Science

Abstract

This research is mainly aimed at 4th graders whose scientific level is very low at SDN 114/Bangko VII. The purpose of this study was to study how Numbered Heads Together (NHT) contributed to the improvement of students' grades. This research is one of two class action cycles. The four cycles are plan, execution, monitor, and reflect. This research was conducted by 4th grade students of SDN 114/Bangko VII. This study focuses on student learning outcomes in science class. Through tests and observations, research data were collected. This test is intended to assess the results of scientific studies conducted by students. Observation aims to capture student activities in the scientific learning process. Quantitative and qualitative analytical data were used for this study. Students in cycle 1 averaged 83, while the standard of classical value was 74%. Compared to the classical typical, 85.21 percent of students averaged in cycle two, indicating that Number Heads Together (NHT) has improved student learning in science.

Downloads

Download data is not yet available.
Abstract viewed = 313 times

References

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN

IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS

TOGETHER (NHT) DI KELAS IV SD

Nanik Widyaningsih

e-mail: [email protected]

SDN 114/VI Bangko

Abstrak

Penelitian ini terutama ditujukan untuk anak kelas 4 yang tingkat keilmuannya sangat rendah di SDN 114/Bangko VII. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari bagaimana Numbered Heads Together (NHT) berkontribusi pada peningkatan nilai siswa. Penelitian ini merupakan salah satu dari dua siklus tindakan kelas. Empat siklus tersebut adalah plan, execution, monitor, dan reflect. Penelitian ini dilakukan oleh siswa kelas 4 SDN 114/Bangko VII. Penelitian ini berfokus pada hasil belajar siswa di kelas IPA. Melalui tes dan observasi, data penelitian dikumpulkan. Tes ini dimaksudkan untuk menilai hasil studi ilmiah yang dilakukan oleh siswa. Observasi bertujuan untuk menangkap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran saintifik. Data analitik kuantitatif dan kualitatif digunakan untuk penelitian ini. Siswa pada siklus 1 rata-rata 83, sedangkan standar nilai klasikal adalah 74%. Dibandingkan dengan tipikal klasikal, 85,21 persen rata-rata siswa pada siklus dua, menunjukkan bahwa Number Heads Together (NHT) telah meningkatkan pembelajaran siswa dalam IPA.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Numbered Heads Together (NHT), IPA

.

Abstract

This research is mainly aimed at 4th graders whose scientific level is very low at SDN 114/Bangko VII. The purpose of this study was to study how Numbered Heads Together (NHT) contributed to the improvement of students' grades. This research is one of two class action cycles. The four cycles are plan, execution, monitor, and reflect. This research was conducted by 4th grade students of SDN 114/Bangko VII. This study focuses on student learning outcomes in science class. Through tests and observations, research data were collected. This test is intended to assess the results of scientific studies conducted by students. Observation aims to capture student activities in the scientific learning process. Quantitative and qualitative analytical data were used for this study. Students in cycle 1 averaged 83, while the standard of classical value was 74%. Compared to the classical typical, 85.21 percent of students averaged in cycle two, indicating that Number Heads Together (NHT) has improved student learning in science.

Kata Kunci: Learning Outcomes, Numbered Head Together (NHT), Science

Pendahuluan

Pendidikan adalah proses yang terus berkembang sejak manusia lahir, yang terjadi karena adanya interaksi manusia dengan lingkungan fisik dan sosialnya (Ricky, 2020). Masyarakat membutuhkan pendidikan sejak kecil karena tidak mampu berdiri sendiri. Kurikulum berisi kumpulan pengaturan yang dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran, isi, dan sumber belajar serta metode pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Indonesia masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP ini merupakan kurikulum yang dikembangkan dan diselenggarakan oleh setiap satuan pendidikan menurut BSNP (Uran, 2018). KTSP memisahkan materi pembelajaran menjadi topik-topik di sekolah. Banyak bidang pendidikan dasar, termasuk ilmu pengetahuan alam (IPA).

Ilmu Pengetahuan Alam yang disingkat IPA adalah pendidikan ilmiah. Sains adalah pelajaran yang mendorong rasa ingin tahu, perilaku sehat, dan pemahaman tentang keterkaitan hubungan ilmiah. (Ahmad Susanto, 2013) menjelaskan sains sebagai upaya manusia untuk mengerti mengenai dunia dengan mengamati secara benar sesuatu dan proses nya, kemudian dengan penalaran akan sampai pada suatu kesimpulan.” Tujuan pendidikan IPA di sekolah dasar adalah membantu siswa dalam mempelajari dan mengembangkan pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, proses, dan penemuan (Prananda, 2020). Guru membutuhkan kemampuan yang memadai untuk membuat pembelajaran berhasil dan efisien. Salah satu kemampuan yang dibutuhkan seorang guru adalah pemahaman dan penguasaan pembelajaran (Fauzi et al., 2020).

Siswa dapat belajar untuk lebih berhasil agar pembelajaran lebih menyenangkan, menarik, dan lebih baik jika guru memberikan mereka kesempatan. Akibatnya adalah penting bahwa guru dan siswa berpartisipasi dalam menilai efisiensi pembelajaran ilmiah. Menurut temuan peneliti, kemampuan siswa dalam memahami materi guru cukup menantang. Hal ini menyulitkan siswa di pendidikan dasar, yang mengakibatkan nilai ujian rendah atau di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) nya yaitu 75, untuk memenuhi tujuan pembelajaran IPA mereka.

Tabel 1 menunjukkan hasil belajar pembelajaran saintifik yang diperoleh dari hasil Tes Harian (UH) siswa kelas IV SDN 114/Bangko VII.

Tabel 1. Hasil UH Siswa Kelas IV SDN 114/Bangko VII

No Kriteria Jumlah Persentase

Tuntas 8 35%

Tidak Tuntas 15 65%

(Sumber: SDN 114/Bangko VII )

Tabel 1 memberikan hasil UH untuk siswa lulusan SDN 15 114/Bangko VII, sebanyak 23 siswa dengan delapan siswa (35%) tuntas dan 15 (65%) siswa tidak tuntas. Oleh karena itu, ketika tingkat ketuntasan 75, siswa kelas 4 masih memiliki hasil belajar yang buruk di SDN 114/Bangko VII.

Jika dikaitkan dengan alasan rendahnya tingkat pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan guru, masalah yang dihasilkan diciptakan dengan menyediakan lebih sedikit sumber belajar yang beragam. Secara khusus, siswa tidak dapat memahami informasi guru secara penuh. Siswa kurang tertarik dengan proses pembelajaran, banyak menimbulkan kegaduhan di dalam kelas dan sering keluar masuk saat pelajaran, sehingga sulit untuk mengkomunikasikan kembali ilmu yang telah dipelajarinya.

Oleh karena itu, siswa perlu melakukan upaya untuk meningkatkan hasil belajar, terlibat dalam pembelajaran dan berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) memadukan keterampilan partisipatif aktif dalam pembelajaran. Paradigma pembelajaran NHT menonjolkan kolaborasi antara siswa dari sumber yang berbeda dalam kelompok dengan pengumpulan, pengolahan dan pelaporan pengetahuan yang kemudian diberikan ke kelas. Model pembelajaran NHT merupakan bagian dari paradigma pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif merupakan gaya belajar dengan berfokus pada kerjasama kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran (Kurniasih, 2015:117). Sebagai konsekuensi dari metode itu siswa dapat mengungkapkan pendapat mereka, mendiskusikan perspektif dan bekerja sama dengan rekan-rekan mereka dalam pendidikan ilmiah. Sehingga strategi ini cocok untuk digunakan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Melalui Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Di Kelas IV SDN 114/Bangko VII Tahun Ajaran 2017/ 2018”.

Metode

Penelitian dilakukan sesuai dengan model penelitian (Sukron & Ricky, 2020), yang terdiri dari empat komponen utama yang dapat berkontribusi pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian telah dilaksanakan pada semester yang sama tahun ajaran 2017/2018 sesuai dengan jadwal mata pelajaran IPA di kelas IV SDN 114/Bangko VII. Penelitian ini melibatkan 23 siswa kelas IV SDN 114/Bangko VII (7 laki-laki dan 16 perempuan).

Gambar 1. Penelitian Tindakan Kelas (Sani, 2017 :26)

Untuk mengukur keberhasilan dan kegagalan, statistik kuantitatif digunakan dan data pelengkapnya adalah penelitian kualitatif. Data yang disajikan dalam bentuk angka dianggap sebagai data kuantitatif dan dihitung serta diukur. Data kualitatif disebut data yang disediakan oleh kata-kata daripada statistik.

Sebagai bagian dari studi, data yang dikumpulkan:

Tes

Tes adalah serangkaian soal, latihan atau instrumen lain untuk mengetahui bagaimana nilai keterampilan, pengetahuan, bakat atau kemampuan seseorang atau kelompok. Data dikumpulkan melalui ujian guna mendapatkan hasil belajar siswa. Berupa tes objektif pada akhir siklus belajar.

Observasi

Observasi adalah strategi untuk mengumpulkan data dimana peneliti atau pengamat meneliti lingkungan penelitian. Pengamatan ini menyangkut tindakan siswa selama proses belajar. Lembar observasi Guru dan lembar observasi yang sesuai untuk model pembelajaran NHT digunakan selama proses belajar mengajar sebagai instrumen observasi.

Jika hasil tes yang diperoleh siswa kelas IV pada materi perubahan lingkungan di SDN 114/Bangko VII dan pengaruhnya dengan penggunaan model pembelajaran NHT sama atau lebih tinggi dari KKM 75, dan kelas IV kurang dari 75%, penelitian ini akan dianggap berhasil.

Data kuantitatif

Data kuantitatif dikumpulkan dari hasil belajar siswa selama proses pembelajaran. Basis data kuantitatif ini adalah ujian pilihan ganda yang diserahkan kepada siswa di akhir kelas dengan 25 pertanyaan pilihan ganda. Suryanto dkk. memberikan rumus untuk analisis pengujian ini (Sugiyono, 2012).

Untuk mengetahui nilai ketuntasan belajar klasikal, peneliti menggunakan metode yang dikemukakan oleh (Aqib, 2010):

Data Kualitatif

Dalam proses pembelajaran peneliti mengumpulkan data kualitatif dengan memanfaatkan paradigma pembelajaran NHT berupa lembar observasi. Setiap kolom diperiksa berdasarkan skala evaluasi berikut untuk mencatat komponen yang diamati: 3 = baik, 2 = cukup, dan 1 = lebih kecil. Lembar observasi berupa lembar observasi pengajar dan siswa.

Rumus analisis data kualitatif diberikan oleh (Handayani & Mayarnimar, 2020).

Tabel 2. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa

Tingkat Keberhasilan (%) Arti

>80%

-79%

-59%

-39%

<20% Sangat tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat rendah

Hasil dan Pembahasan

Pra Siklus

Siswa ditemukan tidak dapat menangkap informasi yang diberikan oleh guru berdasarkan hasil studi awal pada pertemuan pertama. Pengaturan semacam ini tidak mendukung pencapaian tujuan pembelajaran yang akan berpengaruh pada hasil tes yang buruk bagi siswa.

Tabel 3. menyajikan temuan ilmiah siswa kelas IV SDN 114/Bangko VII berdasarkan hasil Tes Harian (UH). Apa berikutnya?

Tabel 3. Nilai UH Siswa Pra Siklus Kelas IV SDN 114/Bangko VII

No Nama Siswa Nilai Tuntas Tidak Tuntas

S1 40 √

S2 50 √

S3 55 √

S4 80 √

S5 75 √

S6 100 √

S7 75 √

S8 65 √

S9 70 √

S10 70 √

S11 95 √

S12 50 √

S13 30 √

S14 70 √

S15 50 √

S16 75 √

S17 60 √

S18 50 √

S19 80 √

S20 75 √

S21 50 √

S22 70 √

S23 65 √

Jumlah 1500 8 15

Rata-Rata 65, 22

Persentase 35% 65%

(Sumber: Nilai Ulangan Harian Siswa)

Hasil belajar pembelajaran IPA kelas IV pra siklus dalam bentuk grafik pada gambar 2

Gambar 2 Nilai UH Siswa Pra Siklus SDN 114/Bangko VII

Hasil rata-rata kelas IV pra siklus berdasarkan diagram adalah 65,22. Berdasarkan gambar di atas. Jumlah siswa yang memenuhi kriteria minimal kelulusan (KKM) adalah 8 (35%), sedangkan jumlah siswa yang tidak mencapai kriteria minimal adalah 15 (65 persen). Hasil pembelajaran pra siklus belum memenuhi syarat keberhasilan 75%, sehingga banyak siswa yang belum mendapatkan hasil pembelajaran yang memuaskan. Mengingat kondisi awal ini, peneliti harus meningkatkan hasil belajar sains bagi siswa. Untuk itu, penelitian tindakan kelas dilakukan dengan menggunakan paradigma Numbered Heads Together (NHT). Selain studi tindakan kelas, peneliti juga meneliti pertanyaan tentang murid dengan nilai yang lebih tinggi. Dalam bentuk 25 soal pilihan ganda, soal ujian tentang perubahan lingkungan dan dampaknya yang diberikan kepada siswa kelas V.

Peneliti adalah pengajar dalam penelitian ini, sedangkan guru kelas sebagai pengamat. Tujuan dari latihan ini adalah untuk meningkatkan dan memaksimalkan hasil belajar ilmiah bagi siswa. Pengukuran ini dilakukan sesuai dengan teknik yang dijelaskan dalam penelitian tindakan kelas. Hasil penyelidikan secara bertahap disajikan dalam kegiatan pembelajaran sebagai siklus berulang. :

Gambar 3. Nilai Siklus I Hasil Belajar IPA

Gambar 4. Persentase Aspek Guru dan Aspek Siswa Siklus II

Dapat kita lihat bahwa Gambar 4 terjadi peningkatan proporsi guru dan siswa sesi pertama dan kedua. Pada pertemuan pertama proporsi guru adalah 89% dan pada pertemuan kedua adalah 93%. Demikian pula untuk komponen siswa ada 89% di pertemuan 1 dan 93% di pertemuan 2.

Guru memberikan pertanyaan akhir untuk menilai hasil belajar siswa di akhir sesi Siklus II, setelah penerapan model NHT. Berikut adalah nilai siswa di siklus II:

Tabel 4. Nilai Siklus II Hasil Belajar IPA

No Nama Siswa Nilai Siklus 1 Keterangan

S1 84 Tuntas

S2 68 Tidak Tuntas

S3 84 Tuntas

S4 96 Tuntas

S5 96 Tuntas

S6 100 Tuntas

S7 96 Tuntas

S8 80 Tuntas

S9 76 Tuntas

S10 84 Tuntas

S11 96 Tuntas

S12 80 Tuntas

S13 80 Tuntas

S14 92 Tuntas

S15 84 Tuntas

S16 88 Tuntas

S17 84 Tuntas

S18 72 Tidak Tuntas

S19 80 Tuntas

S20 100 Tuntas

S21 76 Tuntas

S22 76 Tuntas

S23 88 Tuntas

Jumlah 1.960

Rata-rata 85, 21

Jumlah siswa tuntas 21

Persentase siswa tuntas 91%

Hasil belajar ilmiah Kelas IV Siklus II ditunjukkan pada tabel bahwa rata-ratanya adalah 85,21. Pada siklus II ini, hasil belajar siswa melebihi kriteria keberhasilan 75% dengan 21 siswa (91%) mencapai KKM. Dan dua atau 9 persen siswa tidak menyelesaikan KKM.

Gambar 4. Nilai Siklus II Hasil Belajar IPA

Pembahasan

Pembahasan Siklus I

Untuk membangun Rencana Pembelajaran (RPP) IPA, digunakan model pembelajaran NHT.

Guru menjadikan RPP sejalan dengan hasil penelitian pelaksanaan pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran NHT di kelas IV. Perencanaan guru meliputi: (1) standar keterampilan, (2) keterampilan dasar, (3) indikator, (4) sasaran, (5) materi pembelajaran, (6) pemodelan pembelajaran, (7) teknik pembelajaran, (8) proses pelatihan, (9) sumber belajar dan (10) evaluasi. IPA di kelas IV di sekolah dasar mempertimbangkan kompetensi inti dan persyaratan kompetensinya.

RPP ini didasarkan pada tahap belajar dengan model pembelajaran NHT. RPP dilakukan sesuai dengan jadwal setengah tahun dan durasi penelitian. “NHT merupakan paradigma pembelajaran yang menonjolkan tindakan siswa dalam kelompok dalam memperoleh, memproses, dan mempresentasikan pengetahuan dari sumber yang berbeda, kemudian dipresentasikan di depan kelas,” tulis Istarani (2014:32). Hal ini mengakibatkan adanya upaya untuk mengidentifikasi kegiatan pembelajaran yang terkait dengan paradigma pembelajaran NHT dalam RPP ini.

Dalam RPP ini, tiga fase aktivitas pembelajaran dibagi: kegiatan awal (masuk), inti dan penutup. Keterampilan dasar dicapai dalam totalitas mereka, dipisahkan menjadi dua pertemuan. Materi pada Siklus I adalah perubahan lingkungan dan pengaruhnya dilakukan dalam dua sesi dengan seluruh kegiatan pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua pada Siklus I.

Penggunaan Model Pembelajaran NHT untuk IPA

Pada pembelajaran siklus I dengan menggunakan metode pembelajaran NHT diterapkan materi perubahan lingkungan pada pembelajaran IPA dan dampaknya pada siswa kelas IV SDN 114/Bangko VII. Persiapan, penomoran, interogasi, dan pertimbangan bersama, pemberian jawaban, penyampaian temuan dan pemberian bakat merupakan tahapan penting dalam pembelajaran dengan pembelajaran NHT, sebagaimana dinyatakan Istarani (2014:37). Tingkat ini dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk ilmu pengetahuan, tetapi untuk setiap bentuk pembelajaran. Siklus I pembelajaran sesuai dengan rencana dan dalam dua sesi dengan siklus pembelajaran I telah dilaksanakan (4x35 menit).

Pembelajaran dengan model pembelajaran NHT merupakan paradigma pendidikan yang menekankan pada perilaku pembelajar dan bukan transmisi dari guru ke siswa. Siklus Pembelajaran I mengikuti tahapan paradigma pembelajaran NHT, yang terdiri dari persiapan, gambar, tanya jawab dan diskusi kelompok, jawaban, penarikan kesimpulan dan penghargaan. Siklus pembelajaran pertama tidak efektif karena guru masih harus mengandalkan pola belajar siswa untuk mendapatkan pengetahuan yang membuat perubahan model pembelajaran yang mulus menjadi tantangan bagi siswa.

Menurut hasil penulis, kurangnya kapasitas siswa dalam menyerap informasi, yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan siswa dalam memahami masalah, menjelaskan rendahnya hasil belajar siswa pada siklus I. Ada enam fase pembelajaran dengan menggunakan paradigma pembelajaran NHT:

Persiapan (Planning)

Pada level ini, guru mengembangkan konsep pembelajaran berbasis model NHT melalui kreasi RPP dan LKS.

Penomoran (Numbering)

Guru mengatur siswa menjadi kelompok dengan 4-5 siswa, sejalan dengan paradigma pembelajaran pembentukan kelompok. Nama ketua dan kelompok yang berbeda untuk setiap siswa dalam kelompok disediakan oleh guru. Kelompok ini berbeda latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin dan keterampilan mengajar. Untuk pertemuan pertama dan kedua, kelompok dibagi dengan cara yang sama. Pertemuan pertama terdiri dari 23 siswa, sedangkan pertemuan kedua terdiri dari 23 siswa, menunjukkan tidak ada yang kurang.

Pertanyaan (Questioning) dan berpikir bersama (Heads Together)

Setiap tim diberikan pertanyaan guru dan buku kerja, dan setiap siswa mendiskusikan untuk menyelesaikan pertanyaan atau pertanyaan yang diberikan oleh siswa di LKS, dan memastikan bahwa setiap siswa mengetahui solusi dari pertanyaan tersebut.

Pemberian jawaban (Answering)

Guru memanggil nomor, dan siswa mengangkat tangan mereka di setiap kelompok dan menyiapkan jawaban untuk anak-anak di kelas. Nomor tersebut dipilih secara acak, begitu pula kelompok orang yang merespons.

Memberi kesimpulan

Guru akan menjawab berupa kesimpulan atas semua pertanyaan yang menyangkut materi yang disampaikan.

Memberikan penghargaan

Disini, guru memberikan penghargaan kepada siswa dengan nilai dan simbol serta kualifikasi yang lebih baik bagi mereka yang mencapai hasil belajar yang lebih baik. Hal ini untuk memotivasi siswa dalam belajar, karena motivasi sangat penting untuk menentukan kinerja mereka.

Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa ditunjukkan pada siklus I baik sebelum maupun sesudah proses pembelajaran saintifik, dibandingkan dengan sebelumnya. Guru memanfaatkan aspek penilaian kognitif untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran saintifik.

Siswa mencapai rerata 83 hasil penilaian kognitif pada siklus I. Nilai terbesar yang diterima adalah 96 dan nilai minimum yang diperoleh adalah 64. Data ketuntasan kelas mengungkapkan bahwa 17 siswa menyelesaikan kelas tetapi 6 tidak, sehingga tingkat ketuntasan kelas adalah 74 persen. Peningkatan hasil pembelajaran pra-siklus dan siklus I dapat dideteksi dengan melihat data:

Gambar 5 Peningkatan Hasil Belajar Pra Siklus dan Siklus I

Pembahasan Siklus II

Membuat Rencana Pembelajaran (RPP) IPA dengan menggunakan Model Pembelajaran NHT.

Guru membuat RPP dalam RPP sejalan dengan hasil belajar penerapan model pembelajaran NHT pada pembelajaran IPA kelas IV. Perencanaan penelitian guru meliputi: 1) standar kompetensi, 2) keterampilan dasar, 3) indikator, 4) tujuan pembelajaran, 5) materi pembelajaran, 6) model pembelajaran, 7) teknik pembelajar, 8) media pembelajaran, 9) tahapan pembelajaran, 10). Unit Pelatihan Sains Kelas IV di sekolah dasar mempertimbangkan kompetensi inti dan persyaratan kompetensi.

RPP ini didasarkan pada fase pembelajaran dengan model pembelajaran seamless. RPP dilakukan sesuai dengan jadwal setengah tahun dan durasi penelitian. “NHT merupakan paradigma pembelajaran yang menonjolkan tindakan siswa dalam kelompok dalam memperoleh, mengolah, dan melaporkan pengetahuan dari berbagai sumber yang berbeda, kemudian dipresentasikan di depan kelas,” tulis istarani (2014:32). Hal ini mengakibatkan adanya upaya untuk mengidentifikasi kegiatan pembelajaran yang terkait dengan paradigma pembelajaran NHT dalam RPP ini.

Dalam RPP ini, tiga fase kegiatan pembelajaran dibagi: kegiatan awal (masuk), inti dan penutup. Keterampilan dasar dicapai dalam totalitas mereka, dipisahkan menjadi dua konferensi. Pada siklus kedua ini materi yang diberikan adalah perubahan lingkungan dan dampaknya yang berlangsung selama dua sesi, dengan seluruh kegiatan pada siklus II pada pertemuan pertama.

Pelaksanaan Pembelajaran IPA Menggunakan Model Pembelajaran NHT

Istarani (2014:37) menyatakan bahwa mempersiapkan, menghitung, menginterogasi, dan berpikir bersama, memberikan jawaban, menarik kesimpulan dan menyampaikan hadiah merupakan tahapan dalam pembelajaran NHT. Fase-fase ini cocok untuk berbagai gaya belajar, termasuk sains. Siklus II diajarkan sesuai rencana dan Siklus II diajarkan dalam dua sesi (4x35 menit).

Pembelajaran dengan model pembelajaran NHT merupakan paradigma pendidikan yang menekankan pada perilaku pembelajar dan bukan transmisi dari guru ke siswa. Siklus II efektif karena mengikuti fase-fase model nht yang meliputi pelatihan, numerasi, tanya jawab dan debat kelompok, jawaban, pengundian akhir dan penghargaan.

Ada enam fase pembelajaran menggunakan paradigma studi NHT:

Persiapan

Pada level ini, guru mengembangkan konsep pembelajaran berbasis model NHT melalui kreasi RPP dan LKS.

Penomoran (Numbering)

Guru mengatur siswa menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa, sejalan dengan paradigma pembelajaran pembentukan kelompok. Nama ketua dan kelompok yang berbeda untuk setiap siswa dalam kelompok disediakan oleh profesor. Kelompok ini berbeda dalam hal latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin dan keterampilan mengajar. Untuk pertemuan pertama dan kedua, kelompok dibagi dengan cara yang sama. Pada sesi pertama yang hadir sebanyak 21 orang, namun pada sesi kedua yang hadir sebanyak 23 orang, menunjukkan bahwa pada sesi pertama ada dua orang siswa yang tidak hadir.

Pertanyaan (Questioning) dan berpikir bersama (Heads Together)

Setiap tim diberikan pertanyaan guru dan buku kerja, dan setiap siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan pertanyaan atau pertanyaan yang diberikan oleh siswa di LKS, dan memastikan bahwa setiap siswa mengetahui solusi dari pertanyaan tersebut.

Pemberian jawaban (Answering)

Guru memanggil nomor dan siswa di setiap kelompok mengangkat tangan dengan nomor yang sama untuk menyiapkan jawaban bagi siswa kelasnya. Nomor ini dipilih secara acak, begitu pula kelompok orang yang menjawab.

Memberi kesimpulan

Guru menjawab semua pertanyaan mengenai isi dalam bentuk kesimpulan atau jawaban akhir.

Memberikan penghargaan

Guru memberikan penghargaan kepada siswa berupa kata-kata pujian dan lambang-lambang agar dapat mencapai tingkat belajar yang setinggi-tingginya. Penghargaan ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa karena motivasi merupakan faktor kunci dalam mempengaruhi kinerja siswa..

Hasil Belajar Siswa

Ujian kognitif siklus II memiliki nilai rata-rata 85,21 untuk siswa. Skor tertinggi yang dapat dicapai adalah 100, sedangkan skor terendah yang dapat dicapai adalah 68. Statistik penyelesaian kelas mengungkapkan bahwa 21 siswa menerima gelar Master dan 2 tidak, yang memberikan nilai 91% bagi kelas tersebut. Persyaratan keberhasilan siklus II telah memenuhi nilai hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan 91% dari kriteria keberhasilan yang ditetapkan pada 75%, oleh karena itu penelitian dilakukan hanya sampai Siklus II.

Gambar 4.7 menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa pra siklus, siklus I, dan siklus II.

Gambar 6. Peningkatan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan siklus II

Bagan di bawah ini menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) meningkatkan hasil belajar siswa untuk Pengembangan IPA Kelas I V SDN 114/Bangko VII akademik 2017/2018, dari pra siklus ke kelas I kemudian siklus I ke siklus II..

Simpulan (Penutup)

Ditemukan bahwa siswa kelas IV SDN 114/Bangko VII mengalami peningkatan hasil belajar berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tambahan. Guru menggunakan paradigma pembelajaran NHT yang meliputi persiapan, angka, tanya jawab dan debat kelompok, jawaban, kesimpulan dan penghargaan.

Nilai rata-rata pra siklus untuk hasil belajar siswa adalah 65,22, dengan rentang KKM 8 hingga 23 siswa (35 persen). Jumlah siswa yang mencapai model pembelajaran NHT pada pembelajaran saintifik berjumlah 17 siswa atau lebih, naik dari 83 siswa setelah tindakan pada siklus I (74 persen). Pada siklus I, hasil belajar IPA siswa belum mencapai standar keberhasilan penelitian 75%. Antara siklus I dan siklus II dicapai perbaikan, terutama atas dasar hasil tersebut, dalam berpikir bersama.

Instruktur berusaha untuk memimpin siswa ketika mereka berpikir bersama dalam siklus dua, untuk memfokuskan tanggapan mereka dan untuk mempromosikan suasana percakapan di setiap kelompok. Setelah dilakukan perubahan, rata-rata hasil belajar siswa naik menjadi 85,21, dengan 21 anak (91%) dari 23 siswa mencapai KKM. Hasil siklus II dinyatakan berhasil karena memenuhi kriteria keberhasilan belajar (75%), yang berarti pada siklus I dari 17 siswa meningkat menjadi 21 siswa pada siklus II.

Dengan menggunakan model pembelajaran NHT untuk meningkatkan hasil belajar siswa, sebaiknya praktikan mempertimbangkan temuan tersebut dengan memfokuskan pada fase-fase model pembelajaran NHT yang terorganisir.

Daftar Pustaka

Ahmad Susanto. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Prenadamedia Group.

Aqib, Z. dkk. (2010). Penelitian Tindakan Kelas untuk SD, SLB, TK. Yrama Widya.

Fauzi, A., Sawitri, D., & Syahrir, S. (2020). Kesulitan Guru Pada Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Mandala Education. https://doi.org/10.36312/jime.v6i1.1119

Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia

Handayani, F., & Mayarnimar. (2020). Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik Terpadu Menggunakan Model Discovery Learning di SD. E-Jurnal Inovasi Pembelajaran SD.

Jakni. 2016. Metodologi Penelitian Eksperimen Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Prananda, Gi. D. (2020). Meningkatkan Hasil Belajar Menggunakan Media Lagu Anak Dalam Pembelajaran Ipa Sekolah Dasar. JURNAL IKA, 8(2), 304–314.

Ricky, Z. (2020). Peningkatan Hasil Pembelajaran Bola Basket Melalui Pendekatan Bermain Siswa Sman 1 Pulau Punjung Dharmasraya. Journal Of Dehasen Educational Review, 1(2), 86–92. https://doi.org/10.33258/jder.v1i2.1045

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode R&D. In Bandung: Alfabeta. https://doi.org/10.1007/s11116-011-9347-8

Sukron, M., & Ricky, Z. (2020). Peningkatan Karakter Peserta Didik (Religius, Jujur, Dan (Disiplin) Melalui Pencak Silat. DE_JOURNAL, 1(1), 1–9. https://ejournal.undhari.ac.id/index.php/de_journal/article/view/31

Uran, L. L. (2018). Evaluasi implementasi KTSP dan Kurikulum 2013 pada SMK se-Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan. https://doi.org/10.21831/pep.v22i1.13309

Downloads

Published

2021-06-30

How to Cite

Widyaningsih, N. ., & Estuhono, E. (2021). PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DI KELAS IV SD. Dharmas Education Journal (DE_Journal), 2(1), 157–168. https://doi.org/10.56667/dejournal.v2i1.267

Issue

Section

Articles