ANALISIS PERAN DAN UPAYA GURU DALAM MENGATASI PERMASALAHAN BELAJAR SISWA KELAS II SDN 1 SULAHAN TAHUN 2023

Authors

  • Putu Beny Pradnyana Fakultas Ilmu Pendidikan, Institut Teknologi dan Pendidikan Markandeya Bali, Indonesia
  • Sang Ayu Putu Gita Amanda Fakultas Ilmu Pendidikan, Institut Teknologi dan Pendidikan Markandeya Bali, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.56667/dejournal.v4i2.1215

Keywords:

Analysis, Roles and Efforts, Learning Problems.

Abstract

Learning problems refer to situations where students face challenges in following the learning process, thereby causing dissatisfaction in learning achievement. This is caused by an imbalance between students' skills in completing assignments and the learning demands given. This research aims to describe the role and efforts of teachers in overcoming learning problems in second grade. This type of research is qualitative research with data analysis methods using observation and interview techniques. The research instruments used were interview grids and data recording cards. The subject of this research is a second grade teacher. Results from the first research, to overcome students' reading difficulties, this can be done through personal coaching or counseling. Second, when dealing with students who are not yet proficient in writing, teachers can provide motivation as an effective action and provide practice. Third, to overcome students' concentration difficulties, teachers can adopt more diverse learning media. Fourth, in helping children with special needs, implementing inclusive education can be an effective strategy and provides practice or repetition. Fifth, to overcome low student motivation, teachers can use school facilities, such as studying in the school yard or in the library, and utilize various learning methods. The teacher's role and efforts in overcoming the learning problems faced by each student are different because it depends on the problems the student faces.

Downloads

Download data is not yet available.

References

ANALISIS PERAN DAN UPAYA GURU DALAM MENGATASI PERMASALAHAN BELAJAR SISWA KELAS II SDN 1 SULAHAN TAHUN 2023

Putu Beny Pradnyana1, Sang Ayu Putu Gita Amanda2

e-mail: [email protected], [email protected]

Fakultas Ilmu Pendidikan, Institut Teknologi dan Pendidikan Markandeya Bali, Indonesia

Abstrak

Permasalahan belajar mengacu pada situasi di mana murid menghadapi tantangan dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga menyebabkan ketidakpuasan dalam pencapaian pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara keterampilan murid dalam menyelesaikan tugas dan tuntutan pembelajaran yang diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran dan Upaya guru dalam mengatasi permasalahan belajar di kelas dua. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode analisis data dengan menggunakan Teknik observasi dan wawancara. Instrumen penelitian yang digunakan kisi-kisi wawancara dan kartu pencatat data. Subjek penelitian ini adalah guru kelas dua. Hasil dari penelitian yang Pertama, untuk mengatasi kesulitan membaca siswa, dapat dilakukan melalui pembinaan atau konseling secara personal. Kedua, dalam menghadapi siswa yang belum mahir menulis, guru dapat memberikan motivasi sebagai tindakan yang efektif dan memberikan latihan. Ketiga, untuk mengatasi kesulitan konsentrasi siswa, guru dapat mengadopsi media pembelajaran yang lebih beragam. Keempat, dalam membantu anak berkebutuhan khusus, penerapan pendidikan inklusif dapat menjadi strategi yang efektif dan memberikan Latihan atau pengulangan. Kelima, untuk mengatasi rendahnya motivasi siswa, guru dapat menggunakan fasilitas sekolah, seperti belajar di halaman sekolah atau di perpustakaan, serta memanfaatkan berbagai metode pembelajaran yang beragam. Peran dan Upaya Guru dalam mengatasi permasalahan belajar yang dihadapi setiap siswa berbeda karena tergantung permasalahan yang dihadapi siswa.

Kata Kunci: Analisis, Peran dan Upaya, Permasalahan Belajar

Abstract

Learning problems refer to situations where students face challenges in following the learning process, thereby causing dissatisfaction in learning achievement. This is caused by an imbalance between students' skills in completing assignments and the learning demands given. This research aims to describe the role and efforts of teachers in overcoming learning problems in second grade. This type of research is qualitative research with data analysis methods using observation and interview techniques. The research instruments used were interview grids and data recording cards. The subject of this research is a second grade teacher. Results from the first research, to overcome students' reading difficulties, this can be done through personal coaching or counseling. Second, when dealing with students who are not yet proficient in writing, teachers can provide motivation as an effective action and provide practice. Third, to overcome students' concentration difficulties, teachers can adopt more diverse learning media. Fourth, in helping children with special needs, implementing inclusive education can be an effective strategy and provides practice or repetition. Fifth, to overcome low student motivation, teachers can use school facilities, such as studying in the school yard or in the library, and utilize various learning methods. The teacher's role and efforts in overcoming the learning problems faced by each student are different because it depends on the problems the student faces.

Keywords: Analysis, Roles and Efforts, Learning Problems.

Pendahuluan

Pendidikan merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang ditujukan untuk mengoptimalkan bakat dan keterampilan seseorang agar mereka mampu terlibat secara aktif dalam aspek-aspek kehidupan sosial, ekonomi, dan politik (Liana Irma Susanti et al., 2022). Oleh karena itu, pendidikan sebagai sektor pembangunan yang bertanggung jawab atas pengembangan SDM seharusnya mampu memberikan kontribusi yang nyata, positif, dan berarti dalam upaya untuk berperan serta dalam meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan masyarakat, sesuai dengan amanat yang diwariskan oleh para pendiri bangsa, sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945.(Suyanto dan Djihad Hisyam, 2000). Jadi pendidikan memiliki peran krusial dalam mengoptimalkan potensi dan keterampilan individu, sehingga mereka dapat aktif berperan dalam aspek-aspek kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Sebagai bagian dari upaya pembangunan, sektor Pendidikan berkewajiban mengembangkan SDM. Hal ini diharapkan dapat memberikan sumbangan konkret, konstruktif dan berdampak signifikan dalam meningkatkan kecerdasan serta kualitas kehidupan masyarakat, sejalan dengan aspirasi para pendiri bangsa yang terungkap dalam Pembukaan UUD 1945.

Sejalan dengan pendapat tersebut, berdasarkan (Undang-Undang Nomor 20 Tahun, 2003), pendidikan didefinisikan sebagai suatu usaha yang disengaja dan direncanakan untuk menciptakan lingkungan belajar serta proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri mereka. Tujuannya adalah agar mereka memperoleh kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan untuk kepentingan pribadi, masyarakat, bangsa, dan negara. Pasal 4 dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa peserta didik dianggap sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi mereka melalui proses pembelajaran pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Dengan demikian, pendidikan diartikan sebagai upaya sadar dan terencana untuk memungkinkan masyarakat mengoptimalkan potensi peserta didik sehingga mereka memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kendali diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara melalui proses pembelajaran.

Pembelajaran merupakan proses yang melibatkan interaksi antara guru dan murid, serta terjadi komunikasi timbal balik dalam konteks edukatif, dengan tujuan mencapai hasil pembelajaran yang diharapkan (Rustaman, 2001). Dalam riset yang disajikan oleh (Harsono, 2007), pembelajaran dijelaskan sebagai suatu proses yang dinamis yang melibatkan interaksi antara pengajar dan pelajar dalam proses ini melibatkan materi ajar, konteks situasional, tujuan pembelajaran, dan semua faktor yang mendasari hubungan timbal balik di antara semua komponen yang terlibat, meskipun siswa hadir dalam proses pembelajaran di kelas, sering kali pemahaman mereka tentang belajar terbatas, dengan peran mereka cenderung hanya berperan sebagai subjek yang ikut serta dalam proses pembelajaran, oleh karena itu, dalam konteks pembelajaran, guru dan siswa dianggap sebagai dua elemen yang saling terkait yang tidak dapat dipisahkan. Interaksi yang mendukung antara kedua komponen ini memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai hasil belajar siswa yang optimal.

Dalam kegiatan pendidikan, peran seorang tenaga pendidik memiliki signifikansi yang besar, guru berfungsi sebagai pendidik, pengajar, sumber belajar, fasilitator, demonstrator, pengelola, penasehat atau konselor, motivator, dan pemacu perkembangan siswa maka dari itu, seorang guru tidak hanya bertugas sebagai pendidik, tetapi harus memiliki pemahaman yang mendalam terhadap karakteristik beragam peserta didik karakteristik siswa mencakup aspek-aspek seperti minat, sikap, semangat belajar, cara belajar, kapasitas berpikir, dan kemampuan awal yang dimiliki, yang pastinya bervariasi pada setiap individu. (Uno, 2007). Menurut (Sudirman.A. M, 1990) ciri-ciri siswa dapat diinterpretasikan sebagai totalitas pola perilaku, sikap, dan keterampilan yang dimiliki siswa sebagai hasil dari pengaruh konteks sosialnya. Oleh karena itu, karakteristik siswa dipengaruhi secara signifikan oleh lingkungan sekitarnya, termasuk lingkungan keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekolah.

Lebih lanjut mengenali dan memahami karakteristik peserta didik menjadi suatu aspek yang sangat penting bagi seorang guru atau pendidik. Hal ini karena informasi tersebut dapat menjadi panduan atau dasar dalam menentukan serta merancang model, metode, dan strategi yang akan diterapkan selama proses pembelajaran. Dengan merumuskan model, metode, dan strategi yang sesuai, pencapaian tujuan pembelajaran dapat terwujud. Strategi pembelajaran mengacu pada suatu rencana atau pendekatan yang diterapkan oleh pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran ini melibatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dan pengembangan keterampilan serta pengetahuan yang diperlukan. Strategi pembelajaran dapat berupa berbagai metode, teknik, atau pendekatan yang digunakan dalam proses pengajaran (Novia, 2021). Jadi sangat penting untuk dipahami bahwa strategi pembelajaran yang efektif harus disesuaikan dengan karakteristik individu siswa, termasuk gaya belajar, tingkat pemahaman awal, dan minat mereka. Disamping hal itu, strategi dalam proses pembelajaran juga harus sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan oleh pendidik, serta konteks pembelajaran yang melibatkan lingkungan belajar, sumber daya yang tersedia, dan kondisi fisik dan sosial siswa.

Model pembelajaran adalah kerangka atau sistem yang digunakan oleh pendidik untuk mengatur pengalaman belajar siswa dengan maksud mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Model ini bisa merujuk pada berbagai metode, pendekatan, atau cara yang diterapkan dalam proses mengajar untuk mendukung pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Keberhasilan suatu model pembelajaran sangat bergantung pada sejalan atau tidaknya dengan karakteristik siswa, sasaran pembelajaran, dan konteks pembelajaran yang sedang berlangsung (Sulistiani et al., 2022). Jadi sebuah model pembelajaran yang berhasil adalah yang dirancang dengan memperhitungkan karakteristik siswa, sasaran pembelajaran yang diinginkan, dan konteks pembelajaran yang sesuai, oleh karena itu dapat menghasilkan pengalaman belajar yang signifikan dan sukses bagi siswa.

Sementara Metode pembelajaran merujuk pada cara atau strategi yang diterapkan oleh pendidik untuk mengatur pengalaman belajar siswa dengan maksud mencapai hasil pembelajaran yang telah ditentukan. Prosedur pembelajaran bisa mencakup berbagai cara atau pendekatan yang diterapkan dalam proses pengajaran untuk memfasilitasi pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Keberhasilan sebuah metode pembelajaran sangat tergantung pada kesesuaian dengan karakteristik siswa, sasaran pembelajaran, dan konteks pembelajaran (Khairunnisa & Wulan, 2020). Sehingga, pemilihan metode yang berhasil adalah yang mampu menyesuaikan dengan ciri-ciri siswa, tujuan pembelajaran yang diinginkan, dan situasi pembelajaran yang relevan, sehingga dapat menciptakan pengalaman belajar yang bermakna dan efektif bagi siswa.

Model, metode dan strategi pembelajaran adalah beberapa hal yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa di dalam kelas mencakup tiga aspek, namun, selain dari ketiga faktor tersebut, kegiatan belajar siswa juga terpengaruh oleh faktor internal dan faktor eksternal lainnya. Faktor internal melibatkan motivasi belajar, minat dan bakat, kecerdasan, kesehatan fisik dan mental, serta cara belajar. Sementara itu, faktor eksternal yang bisa mempengaruhi kegiatan belajar siswa melibatkan lingkungan keluarga. Tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan keluarga yang mendukung dapat memiliki dampak signifikan terhadap kegiatan belajar siswa. Begitu pula dengan lingkungan sekolah, kondisi sarana dan prasarana yang baik dapat memungkinkan siswa untuk menyerap materi pelajaran secara lebih optimal. Lingkungan masyarakat juga tidak dapat diabaikan, karena lingkungan masyarakat yang positif dapat membawa pengaruh positif bagi siswa.

Namun pada kenyataannya kegiatan belajar atau proses pembelajaran tidak selalu sesuai dengan harapan tenaga pendidik karena terkadang walaupun model, metode dan strategi pembelajaran sudah dirancang dan dirumuskan sebaik mungkin oleh tenaga pendidik, permasalahan belajar masih terjadi pada beberapa peserta didik. Permasalahan belajar merupakan situasi di mana siswa mengalami kondisi tertentu yang menghambat kemajuan prosesnya dalam mencapai perubahan tingkah laku secara menyeluruh, kondisi tersebut dapat berkaitan dengan variabel internal dan eksternal siswa.

Permasalahan belajar siswa merupakan situasi yang terus dihadapi oleh tenaga pendidik atau guru, dan guru memiliki tanggung jawab untuk mengatasi permasalahan tersebut (Munirah, 2018). Permasalahan belajar merujuk pada situasi dimana siswa mengalami kendala dalam menghadapi kewajibannya sebagai seorang pelajar, sehingga mengakibatkan kurangnya kepuasan dalam proses dan hasil belajar. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas dan tuntutan yang diberikan. Maka disinilah seorang tenaga pendidik perlu melakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan belajar siswa, sehingga siswa tidak terus tertinggal. Menurut (Simanjuntak et al., 2023) guru memegang peranan yang krusial dalam membangun serta merangsang pertumbuhan minat belajar siswa. Upaya guru tidak hanya terbatas pada pengajaran materi pelajaran, tetapi juga melibatkan strategi untuk mengoptimalkan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran. Tenaga pendidik harus melakukan usaha menciptakan suasana yang memotivasi, menarik, dan membangkitkan antusiasme siswa sehingga mereka mempunyai ketertarikan untuk mengikuti pembelajaran. Upaya tersebut melibatkan pemberian remedial atau bantuan perbaikan, penyediaan materi pengayaan, pemberian tugas dan latihan mandiri, memakai media, pemberian motivasi, penerapan model atau metode yang beragam, dan jika upaya yang telah dilakukan guru belum berhasil, guru dapat melibatkan keluarga siswa untuk membantu membimbing siswa saat proses belajar. Karena, seperti yang diketahui, pengaruh lingkungan keluarga, khususnya peran orang tua, juga turut berkontribusi pada faktor belajar siswa. Dukungan yang diberikan oleh orang tua memiliki peran penting dalam mempengaruhi proses belajar siswa., seperti memberikan bimbingan saat mengerjakan tugas rumah, memiliki dampak yang signifikan pada proses belajar siswa.

Di setiap sekolah pasti selalu ditemukan siswa yang mengalami permasalahan belajar seperti di SD Negeri 1 Sulahan Bangli yang mana terdapat siswa di kelas II yang mengalami permasalahan belajar yang dipengaruhi oleh dua faktor oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana peran dan upaya guru dalam menangani masalah belajar siswa kelas II di SDN 1 Sulahan tahun 2023. Penelitian ini bertujuan untuk memahami kontribusi serta tindakan guru dalam mengatasi hambatan belajar yang dihadapi siswa Kelas II di SDN 1 Sulahan pada tahun 2023.

Metode

Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Syafii, (2022) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan atau metode penelitian yang berfokus pada analisis mendalam atau deskripsi menyeluruh, dan dalam penelitian ini, fokus analisisnya adalah peran dan Upaya guru dalam mengatasi permasalahan belajar siswa dengan menggunakan metode analisis data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melibatkan observasi partisipatif, observasi partisipatif dilaksanakan peneliti untuk mengetahui lebih mendalam terkait hal yang diteliti dan Teknik wawancara, teknik wawancara merupakan interaksi dialogis yang melibatkan pertanyaan dan jawaban yang bertujuan untuk menggali informasi tertentu dari seseorang yang menjadi narasumber (Agnes Z. Yonatan, 2022). Wawancara dilakukan dengan wali kelas II dengan Mengajukan kurang lebih sepuluh pertanyaan terkait penelitian ini. Riset ini dilakukan di SD Negeri 1 Sulahan dengan guru kelas II sebagai subjek penelitian.

Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kisi-kisi wawancara yang digunakan untuk mewawancarai Wali Kelas II untuk mengetahui informasi yang lebih mendalam dan kartu pencatat data untuk mencatat hasil wawancara serta hasil observasi yang dimana dilakukan secara langsung selama 1 bulan di kelas II. Metode analisis data yang diterapkan pada penelitian ini metode analisis data kualitatif proses pengolahan data secara mendalam yang melibatkan data hasil dari observasi dan wawancara yang telah dilaksanakan sebelumnya.

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian ini untuk mendapatkan informasi terkait peran dan Upaya guru dalam mengatasi permasalahan belajar siswa di SD Negeri 1 Sulahan. Permasalahan belajar yang terjadi di kelas II yaitu yang pertama masih ada siswa yang belum lancar membaca. Kemampuan membaca merupakan dasar kritis untuk perkembangan belajar seseorang, dan melalui kegiatan membaca, seseorang dapat memperluas pemahaman terhadap dunia serta mengakses informasi yang sebelumnya belum dikenal. (Purba et al., n.d.). Permasalahan membaca siswa menurut (Hapsari & Yogyakarta, n.d.) dapat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor psikologis, faktor sosio-ekonomi dan faktor eksternal. Nuraini et al., (2021) Menyatakan faktor penyebab siswa tidak lancar membaca disebabkan oleh faktor internal diantaranya Kesulitan dalam menghapus kata atau huruf, memerlukan bantuan dalam pengucapan kata, melakukan pengulangan, merasa ragu, dan mengalami gangguan dalam berbicara. Jadi berdasarkan dua teori tersebut dapat disimpulkan kendala yang dialami siswa dalam membaca disebabkan dua variabel yaitu internal siswa yang terdiri dari Kesulitan dalam menghapus kata atau huruf, memerlukan bantuan dalam pengucapan kata, melakukan pengulangan, merasa ragu, dan mengalami gangguan dalam berbicara. Dan variabel eksternal siswa yang terdiri dari lingkungan keluarga siswa, sarana prasarana sekolah yang tidak memadai serta Pelaksanaan pendidikan yang tidak memadai.

Berdasarkan permasalahan tersebut Upaya dan peran dalam mengatasi siswa sulit membaca adalah memberikan pembinaan atau konseling secara pribadi, Pembinaan adalah tindakan yang dilakukan dengan efisien untuk mencapai hasil yang positif hal ini melibatkan usaha untuk mencapai dan menjaga situasi yang diinginkan atau memelihara situasi yang seharusnya terjadi dan tujuan dari kegiatan pembinaan adalah untuk memahami kondisi yang sedang berlangsung (M. Nur Abrar et al., 2023). Menurut (Kurniawati & Danni Rosada, 2021) Siswa menunjukkan perubahan yang signifikan dalam pencapaian belajar mereka setelah mendapatkan layanan bimbingan dan konseling. Adanya peningkatan belajar ini mencerminkan efektivitas dukungan yang diberikan, yang tidak hanya memperbaiki hasil akademis siswa tetapi juga menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih positif Dan guru memberikan motivasi, seorang guru harus aktif dalam merangsang motivasi belajar siswa secara efektif dan guru memiliki tanggung jawab untuk menciptakan atmosfir belajar yang menggugah semangat siswa dengan cara membuatnya menyenangkan (Jainiyah et al., 2023). Maka untuk menangani masalah belajar siswa perlu melibatkan guru untuk memberikan bimbingan dengan tujuan memahami situasi yang sedang dihadapi dan memberikan motivasi.

Permasalahan kedua terdapat siswa yang belum fasih dalam menulis. Menulis adalah tindakan mengungkapkan konsep, ide, pemikiran, atau emosi dalam bentuk bahasa tertulis aktivitas menulis mencakup elemen-elemen seperti pemanfaatan tanda baca dan pengaturan kata, pemilihan kata dan kosakata, pengaturan susunan kalimat, perkembangan paragraf, pengelolaan gagasan, dan pengembangan kerangka tulisan (Sukirman, 2020). Menurut (Hulwah & Ahmad, 2022) Kendala dalam menulis timbul dari dua faktor, yaitu dari dalam diri siswa mencakup keterbatasan dalam kemampuan motorik halus, kelemahan dalam kemampuan visual memori, tingkat minat dan motivasi belajar yang rendah, serta kebiasaan belajar siswa baik di kelas maupun di rumah. Di samping itu, terdapat variabel di luar diri siswa yang juga berperan, termasuk kurangnya perhatian orang tua terhadap siswa, kurangnya dukungan dari lingkungan rumah, kondisi lingkungan sekitar, dan dampak dari terlalu sering menggunakan smartphone. Ayuningtyas & Suharjuddin, (2022) menyatakan faktor penyebab kesulitan membaca siswa disebabkan oleh faktor eksternal proses perkembangan juga dapat terhambat oleh situasi orang tua dan kondisi ekonomi yang kurang baik. Jadi berdasarkan pendapat tersebut permasalahan siswa dalam menulis dapat disebabkan oleh variabel internal dan variabel eksternal siswa.

Berdasarkan permasalahan tersebut Upaya dan peran dalam mengatasi siswa yang belum fasih menulis adalah memberikan motivasi, motivasi sangat berpengaruh terhadap pencapaian siswa karena motivasi merupakan hal yang sangat diperlukan siswa dalam proses belajarnya dan motivasi dapat berpengaruh pada prestasi dan hasil belajar siswa (Trygu, 2020). Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis guru memberikan Latihan menulis, Latihan adalah proses pengulangan yang diharapkan dapat mendorong siswa untuk lebih memahami pembelajaran dan mencapai hasil yang lebih baik (Barla, n.d.). Jadi berdasarkan pendapat tersebut maka untuk mengatasi siswa yang belum bisa menulis guru dapat memberikan dorongan dan memberikan Latihan.

Permasalahan yang ketiga adalah ada siswa yang tidak konsentrasi saat belajar. Konsentrasi adalah kemampuan untuk mengalihkan perhatian pikiran secara khusus ke suatu hal tertentu saat seseorang berkonsentrasi fokusnya hanya terarah pada objek yang menjadi tujuan utama dalam konsentrasi tersebut (Rosdiana, 2019). Permasalahan konsentrasi siswa saat belajar menurut (Hartini, 2022) dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor internal yang mencakup faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan, serta faktor eksternal seperti faktor keluarga, faktor sekolah, faktor masyarakat, dan lingkungan belajar. Wati et al., (2021) menyatakan konsentrasi belajar siswa dapat dapat disebabkan oleh dua hal yaitu internal siswa diantaranya psikiologis dan fisiologis sedangkan eksternal siswa meliputi keadaan sosial dan non-social. Jadi dari pendapat tersebut dapat disimpulkan siswa yang tidak berkonsentrasi disebabkan oleh dua komponen yaitu dari dalam dan luar diri siswa.

Berdasarkan permasalahan tersebut peran dan Upaya tenaga pendidik dalam mengatasi masalah kesulitan berkonsentrasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan beragam jenis media pembelajaran. Pentingnya peran media pembelajaran sangat menonjol dalam kesuksesan pelaksanaan proses pembelajaran, kehadirannya memiliki dampak langsung pada pengalaman belajar siswa dan menciptakan dinamika unik bagi peserta didik (Faqih, 2021). Fungsi pemberian media dalam proses pembelajaran menurut (Nurseto, 2012) adalah sebagai alat bantu yang dapat meningkatkan efisiensi pembelajaran, alat bantu ini memiliki potensi untuk mempercepat proses penerimaan pengetahuan, meningkatkan mutu pengajaran, serta mengkonkretkan materi yang secara alami bersifat abstrak. Sebagai contoh, media pembelajaran seperti audio visual dapat digunakan dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

Permasalahan yang keempat masih ada siswa yang harus diberikan perhatian khusus. Perhatian khusus diberikan melihat bahwa peserta didik tersebut berada pada kategori berkebutuhan khusus (slow lennest). Menurut (Abdullah, 2013) dalam penelitiannya menyatakan ABK dijelaskan sebagai individu yang menunjukkan perbedaan signifikan dari anak-anak umumnya, baik dalam aspek fisik, mental, maupun perilaku sosial mereka.Senada dengan pendapat tersebut menurut (Ayuning & Pitaloka, 2022) menyatakan Anak berkebutuhan khusus diartikan sebagai mereka yang membutuhkan perhatian khusus karena mengalami gangguan perkembangan dan kelainan. Mereka menunjukkan perbedaan dalam berbagai aspek, seperti pertumbuhan dan perkembangan, yang dapat melibatkan kelainan atau penyimpangan baik secara fisik, mental, intelektual, sosial, maupun emosional. Jadi dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah individu yang menunjukkan perbedaan dengan teman sebayanya dalam berbagai aspek, seperti fisik, mental, intelektual, sosial, maupun emosional. Anak berkebutuhan khusus sangat membutuhkan pembinaan atau bimbingan.

Berdasarkan permasalahan tersebut peran dan upaya guru untuk membantu ABK adalah dengan menerapkan Pendidikan inklusi. Menurut (Sukadari, 2020) Pendidikan inklusi merupakan suatu sistem pendidikan yang mengakomodasi semua anak tanpa memandang perbedaan potensi atau kondisi mereka. Sistem ini berusaha memenuhi kebutuhan semua anak, termasuk yang memiliki kebutuhan khusus, dengan tujuan mendorong partisipasi mereka dalam kehidupan sosial, kebangsaan, dan kenegaraan. Setianingsih, (2018) menyatakan Pendidikan inklusi merujuk pada layanan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah reguler untuk anak-anak yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus, termasuk mereka yang mengalami kelainan, kesulitan belajar, atau perkembangan lambat. Jadi dari pendapat tersebut dapat disimpulkan Pendidikan inklusif adalah suatu sistem pendidikan yang menerima semua anak tanpa perbedaan. Contoh dari penerapan metode Pendidikan inklusi di kelas adalah dengan tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap semua siswa, memberikan soal yang sama dengan semua anak akan tetapi untuk ABK diberikan tugas yang lebih relevan atau sesuai dengan kemampuannya.

Selain dengan menerapkan sistem Pendidikan inklusi peran dan Upaya guru untuk membantu anak berkebutuhan khusus ini adalah dengan memberikan Latihan atau pengulangan. Menurut (Sofa et al., 2022) pengulangan merupakan proses yang dilakukan tenaga pendidik untuk meninjau kembali materi yang telah diajarkan sebelum memasuki topik atau pelajaran baru, hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa siswa memiliki pemahaman yang kuat terhadap materi sebelumnya sebelum melanjutkan ke konsep atau materi yang lebih lanjut dengan melakukan pengulangan ini, guru membantu siswa memperdalam pemahaman mereka dan membangun pondasi yang kokoh untuk pembelajaran selanjutnya. (Sufyan, 2019) menyatakan Pengulangan adalah prinsip atau konsep penting dalam kegiatan pembelajaran yang berperan sebagai alat bantu bagi guru dalam menyelenggarakan proses pembelajaran, melalui pengulangan guru memiliki cara untuk memastikan bahwa siswa memahami dan mengingat materi yang telah diajarkan sebelumnya. Jadi berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan pengulangan merupakan tindakan yang dilakukan oleh seorang pengajar untuk mereview kembali materi yang telah diajarkan sebelumnya dan memastikan bahwa peserta didik telah sepenuhnya memahami isi materi tersebut. Namun pada penerapannya di sekolah ternyata selain melakukan Upaya tersebut guru juga mendiktekan jawaban dan anak berkebutuhan khusus tersebut menulis jawabannya. Mendiktekan jawaban merupakan Tindakan membacakan jawaban secara lisan dan siswa menulisnya di buku Latihan sesuai dengan apa yang diucapkan guru, namun dalam hal ini dilakukan guru jika merasa sangat kesulitan dalam mengarahkan siswa tersebut.

Permasalahan yang kelima adalah kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Motivasi adalah elemen internal yang mendorong seseorang untuk bertindak dan mencapai tujuan, motivasi ini dapat muncul dengan kesadaran penuh atau sebagai dorongan yang timbul tanpa kesadaran motivasi memungkinkan individu untuk mengatasi hambatan, berfokus pada tujuan dan melakukan usaha ekstra untuk mencapai hasil yang diinginkan (Al-Amin, 2022). (Palittin et al., 2019) menyatakan motivasi merupakan faktor krusial yang dapat mempengaruhi tingkat kesuksesan siswa dalam proses belajar, dapat berasal baik dari internal diri mereka maupun dari lingkungan pendidikan. Factor-faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa, menurut (Rizqi et al., 2018), melibatkan faktor eksternal, termasuk faktor keluarga seperti pendekatan orang tua dalam mendidik anak, hubungan keluarga, suasana di rumah, kondisi ekonomi keluarga, dan pengaruh latar belakang budaya keluarga. Selain itu, faktor sekolah juga berperan, mencakup interaksi antara guru dan siswa, relasi antar teman sebaya di sekolah, dan kualitas fasilitas pembelajaran yang tersedia di lingkungan sekolah. (Hidayati et al., 2022) dalam penelitiannya menyatakan penurunan motivasi siswa dapat dipengaruhi oleh dua elemen, yaitu elemen internal yang melibatkan minat, perubahan sikap siswa, dan aspek fisik dalam diri siswa. Selain itu, elemen eksternal juga berperan dalam penurunan motivasi siswa, termasuk lingkungan keluarga yang tidak mendukung, lingkungan sosial yang mungkin kurang mendukung atau dapat menimbulkan tekanan, serta kondisi di lingkungan sekolah yang kurang inspiratif atau tidak kondusif, semuanya dapat memberikan dampak negatif pada motivasi siswa. Jadi berdasarkan pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan faktor penyebab rendahnya motivasi siswa dapat disebabkan faktor dari dalam diri yang di dalamnya mencakup minat belajar yang rendah dan perubahan sikap siswa dan faktor eksternal siswa diantaranya lingkungan keluarga yang kurang mendukung, lingkungan sosial yang tidak kondusif serta lingkungan sekolah yang kurang nyaman.

Berdasarkan permasalahan tersebut untuk mengatasi rendahnya motivasi siswa dalam belajar adalah digunakan fasilitas yang ada di sekolah contohnya di halaman sekolah, perpustakaan dan lainnya. Fasilitas belajar menurut (Sitirahayu & Purnomo, 2021) adalah sesuatu yang memiliki peran penting dalam meningkatkan pencapaian akademik siswa, karena semakin komprehensif fasilitas belajar yang tersedia, semakin baik kemampuan siswa dalam belajar, fasilitas tersebut dapat membantu siswa belajar secara efektif, mendukung perkembangan mereka, serta memfasilitasi, mempercepat, dan memperdalam proses belajar mandiri siswa. (Arsana, 2020) dalam penelitiannya menyatakan fasilitas belajar tidak hanya menjadi elemen pendukung, tetapi juga memegang peranan krusial dalam memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar dengan lebih semangat, fasilitas ini menjadi faktor penentu yang dibutuhkan dalam menggerakkan dan mempertahankan semangat belajar siswa.

Selain dengan memanfaatkan fasilitas sekolah Guru dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dengan mengadopsi metode pembelajaran yang beragam. Menurut (Sueni, 2019) metode pembelajaran merupakan seperangkat komponen yang telah disusun dengan baik dan efisien untuk menciptakan standar pembelajaran yang berkualitas. (Hamid, 2019) dalam penelitiannya menyatakan metode pembelajaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari strategi pembelajaran, di mana peningkatan pemahaman siswa dapat dicapai melalui penggunaan metode pembelajaran yang efektif dengan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai, siswa dapat dengan mudah memahami materi yang diajarkan oleh guru selama proses pembelajaran di kelas. Jadi dari pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu rangkaian elemen yang terstruktur dengan baik, dan penggunaan metode pembelajaran yang beragam dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Guru dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran, seperti mengintegrasikan metode ceramah, diskusi, dan tanya-jawab, untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Menurut (Wirabumi, 2020) metode ceramah merupakan metode yang telah digunakan secara luas dalam berbagai model pendidikan dari masa ke masa, metode ini memiliki sejumlah kelebihan dan kekurangan maka dari itu pendidik harus bisa memaksimalkan sisi positif dari metode ini untuk meminimalisir kekurangannya. Metode ceramah adalah bentuk komunikasi di mana pendidik menyampaikan informasi secara lisan kepada siswa dengan berbicara langsung di depan mereka. Dalam proses ceramah, guru menjelaskan tujuan pembelajaran, merinci pokok-pokok yang akan dibahas, dan menghubungkan materi dengan informasi sebelumnya. (Dafid Fajar Hidayat, 2022). Berdasarkan pandangan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode ceramah merupakan pendekatan di mana materi yang akan dibahas disampaikan secara lisan oleh guru atau pendidik dalam penerapannya.

Metode diskusi menurut (Junita & Siregar, 2018) melibatkan interaksi aktif antara guru dan siswa, dimana siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok, menyatakan pendapat mereka, dan bersama-sama mencari solusi untuk suatu masalah. Dalam penelitiannya (Putra, 2022) menyatakan diskusi merupakan suatu pendekatan yang diciptakan untuk mempermudah keterlibatan siswa dalam proses pembahasan dan penelusuran berbagai alternatif solusi terkait topik pembelajaran yang umumnya kompleks atau melibatkan aspek-aspek yang membutuhkan pemecahan. Jadi berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan metode diskusi adalah suatu pendekatan penyampaian materi dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi mengenai masalah yang telah diajukan oleh pendidik sebelumnya. Dengan menerapkan metode diskusi ini, diharapkan siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Tanya-jawab merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan interaksi langsung antara guru dan siswa melalui pertanyaan dan jawaban, yang dapat membantu meningkatkan keterlibatan siswa dan merangsang pemikiran kritis (Juliangkary & Pujilestari, 2022). (Latifah et al., 2023) dalam penelitiannya menyatakan penerapan tanya-jawab sebagai pendekatan pengajaran melibatkan penyampaian materi pembelajaran dalam bentuk pertanyaan yang perlu dijawab, baik oleh guru kepada siswa maupun sebaliknya dengan menggunakan pendekatan ini, siswa dapat diajak untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi, yang pada akhirnya menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik. Jadi tanya-jawab adalah suatu pendekatan yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa dengan menggunakan metode ini, diharapkan siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Kombinasi antara ceramah, diskusi, dan tanya-jawab diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa.

Simpulan (Penutup)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut.

Peran dan Upaya Guru dalam mengatasi permasalahan tersebut dengan memberikan pembinaan atau konseling secara pribadi.

Peran dan Upaya Guru dalam mengatasi siswa yang belum fasih menulis dengan diberikan motivasi dan Latihan menulis.

Peran dan Upaya Guru dalam mengatasi siswa yang sulit berkonsentrasi dengan media pembelajaran yang lebih bervariasi.

Peran dan Upaya Guru dalam mengatasi ABK dengan diterapkannya pendidikan inklusi dan memberikan Latihan atau pengulangan.

Peran dan Upaya Guru dalam mengatasi rendahnya motivasi siswa dapat dilaksanakan dengan menggunakan fasilitas yang ada di sekolah seperti belajar di halaman sekolah atau belajar di perpustakaan selain dengan memanfaatkan fasilitas sekolah serta menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi.

Ucapan Terima Kasih

Saya mengucapkan terima kasih kepada Kepala Sekolah dan para Guru di Sekolah Dasar Negeri 1 Sulahan, Provinsi Bali yang telah menerima dan memberikan saya kesempatan untuk melaksanakan kegiatan PPL dan juga penelitian terkait dengan Peran dan Upaya Guru dalam mengatasi permasalahan belajar di Kelas II di SD Negeri 1 Sulahan.

Daftar Pustaka

Abdullah, N. (2013). Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus. Magistra, 25(86).

Agnes Z. Yonatan. (2022). Wawancara adalah: Jenis, Teknik, Tujuan, dan langkah langkah. Detik.Com.

Al-Amin, M. I. (2022). Motivasi Adalah Hasrat atau Dorongan Berikut Penjelasannya. Www.Katadata.Co.Id.

Arsana, I. K. S. (2020). Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru dan Fasilitas Belajar terhadap Motivasi Belajar Siswa. Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial, 6(2). https://doi.org/10.31571/sosial.v6i2.1294

Ayuning, A., & Pitaloka, P. (2022). Konsep Dasar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Pendidikan Dan Sains, 2(1).

Ayuningtyas, D. A., & Suharjuddin. (2022). Kemampuan Menulis Permulaan Siswa SD Pada Masa Pandemi Covid-19. Educational Journal of Bhayangkara, 2(2), 107–116. https://doi.org/10.31599/edukarya.v2i2.1772

Barla, Novita. H. Adelina. Adha. M. M. (n.d.). Pengaruh Tingkat Intensitas Pemberian Latihan Soal terhadap Prestasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran PKN Kelas VII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013.

Dafid Fajar Hidayat. (2022). Desain Metode Ceramah dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Inovatif: Jurnal Penelitian Pendidikan, Agama, Dan Kebudayaan, 8(2). https://doi.org/10.55148/inovatif.v8i2.300

Faqih, M. (2021). Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran Mobile Learning Berbasis Android dalam Pembelajaran Puisi. Konfiks jurnal bahasa dan sastra indonesia, 7(2). https://doi.org/10.26618/konfiks.v7i2.4556

Hamid, Abd. (2019). Berbagai Metode Mengajar bagi Guru dalam Proses Pembelajaran. Jurnal Penelitian Sosial Dan Keagamaan, 9(2).

Hapsari, A. P., & Yogyakarta, U. N. (n.d.). Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Membaca Siswa Kelas III the identification of reading difficulty in third grade.

Harsono. (2007). Meningkatkan Prestasi Belajar Melalui Kelompok Belajar Informal: Studi Kelompok Informal Siswa SMA di Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia (Vol. 19, Issue 2).

Hartini, A. (2022). Faktor Yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar Siswa Kelas V Di SDN Nusa Indah Kabupaten Tanah Laut. EduCurio: Education Curiosity, 1(1).

Hidayati, R., Triyanto, M., Sulastri, A., & Husni, M. (2022). Faktor Penyebab Menurunnya Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SDN 1 Peresak. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 8(3). https://doi.org/10.31949/educatio.v8i3.3223

Hulwah, B., & Ahmad, M. (2022). Analisis Kesulitan Belajar Menulis Permulaan pada Siswa Kelas II Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(4). https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3519

Jainiyah, J., Fahrudin, F., Ismiasih, I., & Ulfah, M. (2023). Peranan Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Multidisiplin Indonesia, 2(6). https://doi.org/10.58344/jmi.v2i6.284

Juliangkary, E., & Pujilestari, P. (2022). Kajian Literatur Metode Tanya Jawab pada Pembelajaran Matematika. Jurnal Ilmiah Mandala Education, 8(3). https://doi.org/10.58258/jime.v8i3.3839

Junita, J., & Siregar, M. (2018). Penerapan Metode Pembelajaran Diskusi dalam Peningkatan Prestasi Belajar pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Makna Kedaulatan Rakyat Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015. CIVITAS (Jurnal Pembelajaran dan Ilmu Civic), 1(1). https://doi.org/10.36987/civitas.v1i1.1499

Khairunnisa, K., & Wulan, N. (2020). Perancangan Intelligent Tutoring System Sebagai Upaya Inovatif Pada Pembelajaran Algoritma dan Struktur Data. Algoritma : JURNAL ILMU KOMPUTER DAN INFORMATIKA, 4(2). https://doi.org/10.30829/algoritma.v4i2.8515

Kurniawati, R., & Danni Rosada, U. (2021). Peran Guru BImbingan dan Konseling dalam Mengatasi Kejenuhan Belajar Siswa SMP Muhammadiyah Bantul. Desember, 2(2). http://ejournal.undhari.ac.id/index.php/de_journal

Latifah, D., Sulistia, D., Sajiwo, B., & Ginting, A. lestari br. (2023). Penerapan Metode Ceramah dan Tanya Jawab pada Pembelajaran Al-Qur’an Hadis dalam Memahami Tujuan dan Fungsi Al-Qur’an. Jurnal Generasi Tarbiyah: Jurnal Pendidikan Islam, 2(1).

Liana Irma Susanti, Nur Latifah, & Ina Magdalena. (2022). Analisis Keterampilan Berbicara Siswa Kelas Iv Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sd Negri Pasar Baru 1 Kota Tangerang. Jurnal Elementary Kajian Teori Dan Hasil Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar, 5(1).

M. Nur Abrar, Harmilawati, Surianti, & Mulkiyan. (2023). Pembinaan dan Pelatihan da’i da’iyah TK/TPA sebagai Lembaga Pembentukan Karakter Anak Islami di Desa Nusa Kec. Kahu kab. Bone. INKAMKU : Journal of Community Service, 1(2). https://doi.org/10.47435/inkamku.v1i2.1711

Munirah. (2018). 288620-peranan-guru-dalam-mengatasi-kesulitan-b-09383bee. Tarbawi Jurnal Pendidikan Agama Islam, 3.

Novia, A. P. (2021). Strategi Pembelajaran.

Nuraini, E., Oktrifianty, E., & Fathurrohmah, Y. (2021). Analisis Faktor-Faktor Kesulitan Membaca Permulaan Siswa Kelas II SD Negeri Poris Pelawad 2. In YASIN : Jurnal Pendidikan dan Sosial Budaya (Vol. 1, Issue 1). https://ejournal.yasin-alsys.org/index.php/yasin

Nurseto, T. (2012). Membuat Media Pembelajaran yang Menarik. Jurnal Ekonomi Dan Pendidikan, 8(1). https://doi.org/10.21831/jep.v8i1.706

Palittin, I. D., Wolo, W., & Purwanty, R. (2019). Hubungan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar Fisika. MAGISTRA: Jurnal Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 6(2). https://doi.org/10.35724/magistra.v6i2.1801

Purba, D., Handayani, P., Erviana, L., & Aristya, F. (n.d.). Analisis Penyebab dan Strategi Guru Kelas Mengatasi Kesulitan Membaca Pemulaan Siswa Kelas II SD Negeri Kendal. http://repository.stkippacitan.ac.id

Putra, A. (2022). Penerapan Metode Diskusi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP N 3 Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir Riau. JURNAL PAJAR (Pendidikan Dan Pengajaran), 6(3). https://doi.org/10.33578/pjr.v6i3.8819

Rizqi, A. A., Yusmansyah, & Mayasari, S. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar. Jurnal FKIP Universitas, 6(2).

Rosdiana, R. (2019). Hubungan Stres Kerja, Jam Kerja, dan Kelelahan Kerja dengan Tingkat Konsentrasi Pada Pekerja Pengguna Komputer di PT Telekomunikasi Witel Medan. Jurnal Kesehatan Global, 2(3). https://doi.org/10.33085/jkg.v2i3.4384

Rustaman, Nuryani. (2001). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Inperial Bakti Utama.

Setianingsih, E. S. (2018). Implementasi Pendidikian Inklusi: Manajemen Tenaga Kependidikan (GPK). Malih Peddas (Majalah Ilmiah Pendidikan Dasar), 7(2). https://doi.org/10.26877/malihpeddas.v7i2.1808

Simanjuntak, H., Meidarlin Pasribu, K., Siringoringo, P. G., Studi, P., Pancasila, P., & Kewarganegaraan, D. (2023). Peran Guru Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Menggunakan Metode Resitasi Dan Metode Diskusi Pada Mata Pelajaran PPKn. Juni, 4(1), 360–368. http://ejournal.undhari.ac.id/index.php/de_journal

Sitirahayu, S., & Purnomo, H. (2021). Pengaruh Sarana Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar. JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 4(3). https://doi.org/10.54371/jiip.v4i3.242

Sofa, Z. D., Arfanda, M. Y., Nasikhah, S., & Iffah, J. D. N. (2022). Analisis Prinsip Belajar dalam Pembelajaran Matematika Materi Notasi Sigma dan Induksi Matematika di Kelas XI IPA 3 SMA PGRI 1 Jombang. Laplace : Jurnal Pendidikan Matematika, 5(2). https://doi.org/10.31537/laplace.v5i2.764

Sudirman.A. M. (1990). Interaksi Dan motivasi belajar mengajar. Rajawali Pers.

Sueni, N. M. (2019). Metode, Model dan Bentuk Model Pembelajaran. Wacana Saraswati, 19(2).

Sufyan. (2019). Penerapan Metode Gradasi dan Pengulangan dapat Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Materi Asmaul Husna. In EDISI : Jurnal Edukasi dan Sains (Vol. 1, Issue 1). https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/edisi

Sukadari, S. (2020). Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus melalui Pendidikan Inklusi. Elementary School: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Ke-SD-An, 7(2). https://doi.org/10.31316/esjurnal.v7i2.829

Sukirman. (2020). Tes Kemampuan Keterampilan Menulis dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah. Jurnal Konsepsi, 9(2).

Sulistiani, S., Haryanto, H., & Atmojo, S. E. (2022). Model Pembelajaran Jigsaw untuk Menumbuhkan Motivasi dah Hasil Belajar Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pada Pembelajaran IPA. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan, 6(2). https://doi.org/10.23887/jppp.v6i2.48141

Suyanto dan Djihad Hisyam. (2000). Refleksi danReformasi Pendidikan Indonesia Memasuki Millenium III. Adi Cita.

Syafii, M. (2022). Metode Penelitian Kualitatif Adalah. Umsu.Ac.Id.

Trygu. (2020). Motivasi Dalam Belajar Matematika. Guepedia, 2111000920.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun. (2003). Departemen Pendidikan Nasional.

Uno, H. B. (2007). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Bumi Aksara.

Wati, S., Harna, H., Nuzrina, R., Sitoayu, L., & Dewanti, L. P. (2021). Kebiasaan Sarapan, Kualitas Tidur, Dan Dukungan Orangtua Terhadap Konsentrasi Belajar Selama Pandemi COVID 19. Ghidza: Jurnal Gizi Dan Kesehatan, 5(1). https://doi.org/10.22487/ghidza.v5i1.164

Wirabumi, R. (2020). Metode Pembelajaran Ceramah. Annual Conference on Islamic Education and Thought, I(I).

Published

2023-12-31

How to Cite

Pradnyana, P. B. ., & Amanda, S. A. P. G. . (2023). ANALISIS PERAN DAN UPAYA GURU DALAM MENGATASI PERMASALAHAN BELAJAR SISWA KELAS II SDN 1 SULAHAN TAHUN 2023. Dharmas Education Journal (DE_Journal), 4(2), 961–971. https://doi.org/10.56667/dejournal.v4i2.1215

Issue

Section

Articles

Similar Articles

<< < 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 > >> 

You may also start an advanced similarity search for this article.